TERNATE, DM- Setiap kali kabar duka datang dari daerah yang dilanda bencana, ada satu hal yang nyaris selalu muncul: tangan-tangan ikhlas yang terulur tanpa diminta. Di Maluku Utara, tangan itu datang dari Muslimat Nahdlatul Ulama.
Bagi Muslimat NU, aksi kemanusiaan bukan sekadar agenda insidental—ia telah menjadi napas gerakan bernama Muslimat Peduli. Ketika bencana melanda Kalimantan, Sumatra, dan Aceh, respons Muslimat NU Maluku Utara bergerak cepat. Apalagi kabar bahwa beberapa anggota mereka turut menjadi korban. Seorang ketua PAC meninggal, sementara beberapa lainnya masih menjalani perawatan.
Persiapan penyaliran bantuan muslimat NU Maluku Utara
“Kami merasa terpanggil. Ini bukan hanya soal bencana, tapi juga saudara-saudara kita,” ungkap Ketua PW Muslimat NU Maluku Utara, Dr. Rosita Alting, saat dihubungi media ini.
Bantuan yang dikumpulkan datang dari anggota Muslimat NU Maluku Utara. Pakaian bayi, popok, pakaian perempuan, dan kebutuhan dasar lainnya menumpuk dalam jumlah signifikan. Semua itu kemudian dipaketkan dan dikirimkan ke wilayah terdampak.
Beruntung, Muslimat NU telah menjalin kerja sama dengan JNE. Logistik kemanusiaan pun dapat dikirim lebih cepat tanpa memberatkan para relawan.
![]()
Dalam setiap paket bantuan, terselip pesan solidaritas. Bahwa persaudaraan jauh melampaui batas wilayah. Bahwa di tengah musibah, perempuan-perempuan Muslimat NU tidak sekadar berempati—mereka bergerak, hadir, dan memastikan bantuan menyentuh yang membutuhkan.
Di balik tumpukan pakaian dan popok itu, terpatri niat besar: memastikan mereka yang tertimpa bencana tidak merasa sendiri.