TERNATE, DM – Dengan langkah tenang dan penuh keyakinan, Aisyah melangkah ke tengah Lapangan Ngaralamo, Ternate, Sabtu (17/8/2025) pagi. Di hadapan ribuan pasang mata yang menyaksikan upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, ia menerima bendera pusaka dari inspektur upacara, Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman.
Detik itu, sejarah kecil tercipta. Aisyah dipercaya sebagai pembawa baki, tugas paling prestisius dalam barisan Paskibraka. Amanah itu ia jalankan dengan penuh ketenangan, menjadikan momen sakral pengibaran Sang Saka Merah Putih berlangsung khidmat dan menggetarkan hati.
Tugas pembawa baki bukan sembarangan. Ia menuntut ketelitian, keberanian, dan rasa tanggung jawab yang besar. Bagi Aisyah, pengalaman ini adalah kebanggaan seumur hidup. “Saya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Maluku Utara, terutama Kota Ternate,” ucapnya lirih usai upacara.
Perjalanan Aisyah menuju posisi itu tidaklah mudah. Lahir di Ternate, 15 Maret 2009, ia menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Weda, Halmahera Tengah, lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Weda. Kini, Aisyah tercatat sebagai siswi Madrasah Aliyah Alkhairat Ternate, tempat ia meniti jejak hingga lolos seleksi Paskibraka tingkat kota.
Di balik pencapaiannya, Aisyah juga membawa nama besar keluarganya. Ia adalah cucu dari Thaib Armaiyn, gubernur pertama Maluku Utara, dan Suriaty Armaiyn. Namun, keistimewaannya hari ini bukan semata karena darah keturunan, melainkan kerja keras dan dedikasinya dalam melalui setiap tahap seleksi.
Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak pelajar Maluku Utara. Dari seorang siswi biasa, ia kini berdiri gagah di barisan terhormat, membuktikan bahwa disiplin dan semangat bisa mengantarkan seseorang mengemban tugas mulia.
Ketika bendera Merah Putih perlahan naik ke langit Ternate, bukan hanya rasa nasionalisme yang berkibar. Ada pula kebanggaan yang terpancar dari wajah Aisyah—seorang gadis remaja yang hari ini mengukir kisahnya sendiri dalam sejarah perjalanan bangsa.