Ternate, DM- Di bawah langit Tidore yang tengah khidmat memperingati HUT RI ke-80, suara Sultan Husain Alting Sjah menggema bukan sekadar dalam seremoni upacara. Ia membawa pesan berbeda: seruan kemanusiaan untuk 11 warga adat Maba Sangaji yang kini ditahan di Rutan Soasio.
Sebagai sultan, Husain bukan hanya pewaris tahta tradisi. Ia menegaskan dirinya juga penjaga bagi masyarakat adat yang tersebar dari Halmahera hingga Papua. “Masyarakat adat juga punya tugas yang sama dengan menjaga wilayahnya masing-masing,” katanya dengan nada penuh tanggung jawab.
Namun, ada kegelisahan di balik ucapannya. Kesebelas warga adat itu dianggap bersalah. Tetapi, di mata Sultan, masih ada ruang maaf yang bisa ditemukan dalam perspektif hukum adat. “Saya kira itu masih bisa dimaklumi… Saya berharap aparat bisa mengedepankan sisi kemanusiaan,” ujarnya.
Baginya, keadilan tak melulu soal hitam putih aturan, melainkan juga soal pembinaan dan peluang memperbaiki diri. Lewat momentum kemerdekaan ini, Sultan Husain menaruh harapan besar agar hukum bisa menyatu dengan rasa keadilan masyarakat adat.
Jika harapannya terwujud, Sultan berjanji akan berdiri bersama aparat penegak hukum, bukan untuk menghukum, tetapi membina. “Agar di kemudian hari aspirasi masyarakat bisa tetap disampaikan,” tegasnya.
Seruan Sultan ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya dirayakan dengan bendera dan upacara, tetapi juga dengan memberikan ruang keadilan dan kemanusiaan bagi mereka yang terpinggirkan.