TERNATE, DM- Menjelang Musyawarah Daerah HIPMI Maluku Utara 2025, isu politisasi organisasi pengusaha muda ini mencuat ke permukaan. Sejumlah pihak menuding bahwa pencalonan Rio Pawane, yang juga menjabat Wakil Bupati Morotai, bisa menyeret HIPMI ke dalam kepentingan politik praktis.
Namun, suara berbeda datang dari Generasi Muda Mathla’ul Anwar (Gema). Organisasi kepemudaan ini secara tegas membantah tudingan tersebut. Bagi mereka, HIPMI harus dinilai dari sisi profesionalisme, kapasitas, dan visi nyata dalam memberdayakan pengusaha muda, bukan sekadar dari afiliasi politik kandidat.
“Menuduh HIPMI dipolitisasi hanya karena salah satu kandidat berstatus pejabat publik adalah simplifikasi berlebihan. Yang penting adalah apa yang bisa ditawarkan untuk organisasi dan pengusaha muda,” ujar Setiawan, Pimpinan Gema Mathla’ul Anwar.
Ia menekankan, pengalaman Rio Pawane justru menjadi nilai tambah. Dengan jejaring dan pengalamannya dalam birokrasi, Rio diyakini mampu membawa HIPMI Malut bergerak lebih cepat. “Figur yang sudah pernah berada di lingkaran kebijakan publik tentu punya modal lebih dalam memperjuangkan akses, peluang, dan percepatan program HIPMI,” katanya.
Setiawan menegaskan bahwa Gema Mathla’ul Anwar mendukung Rio bukan karena faktor politik, melainkan karena kapasitasnya. “Kami melihat beliau sebagai kandidat yang mampu membagi waktu, punya rekam jejak, dan bisa membawa HIPMI Malut menjadi katalis pertumbuhan ekonomi lokal,” ujarnya.
Lebih jauh, Gema Mathla’ul Anwar menyerukan agar Musda HIPMI Malut dijaga sebagai arena pertarungan gagasan, bukan arena saling menjatuhkan. “Demokrasi di HIPMI harus sehat. Fokus pada visi, strategi, dan solusi untuk pengusaha muda. Itu yang akan membuat HIPMI Malut benar-benar independen dan kuat,” pungkas Setiawan.