TERNATE — Pagi itu, jalur lari berubah menjadi panggung budaya. Dari kejauhan, warna-warni kain adat menonjol di antara derap langkah peserta yang mengikuti Culture Run dalam rangka Harlah ke-8 Kerukunan Keluarga Persaudaraan Jawa (KKPJ). Acara yang dipantau langsung oleh media ini menyuguhkan pemandangan yang tak biasa: olahraga, kreativitas, dan kekayaan budaya menjadi satu.
Pakaian Cokaiba dari Halmahera Timur turut meriahkan Culture Run
Dalam barisan pelari terlihat busana adat dari penjuru nusantara — Coka Iba Maluku Utara, Bali, NTT, Batak, Papua, hingga Jawa. Setiap kostum seolah membawa cerita dan identitas daerah masing-masing, menghadirkan pesan bahwa keberagaman adalah kekuatan.
“Event ini ruang ekspresi. Kami bisa berolahraga sambil memperkenalkan budaya,” ujar salah satu peserta dengan senyum bangga.
Doto bersama Seluruh peserta
Setiap pelari membawa pulang medali bermotif batik Sidoasih dan Garuda, simbol kasih sayang dan keberanian—filosofi yang sejalan dengan semangat para pelari yang menuntaskan lintasan dengan langkah penuh makna.
Malam puncak Harlah KKPJ
Malam harinya, kehangatan berlanjut dalam gala dinner. Suasana semakin meriah ketika panitia mengumumkan 30 kostum terbaik, masing-masing membawa pulang parfum eksklusif sebagai apresiasi.
Tak sedikit peserta yang berharap Culture Run menjadi agenda tahunan. Bagi mereka, kegiatan ini bukan sekadar perayaan ulang tahun organisasi, tetapi ruang mempertemukan budaya dan kebersamaan dalam satu momen yang inspiratif.