TERNATE, DM – Terik matahari siang di Kelurahan Kayu Merah tak menghalangi langkah ribuan warga yang memadati area Festival Salawaku 2025. Di antara tenda-tenda UMKM yang berjajar rapi, aroma rempah, hasil laut, dan kopi lokal memenuhi udara. Musik daerah mengalun di latar, membingkai semangat baru yang sedang tumbuh di jantung ekonomi Maluku Utara.
Digelar selama tiga hari, 1–3 Agustus 2025, Festival Salawaku bukan sekadar perayaan. Ia adalah panggung harapan, tempat kreativitas dan teknologi bertemu, dan UMKM lokal bersiap naik kelas menuju pasar nasional hingga internasional.
Dengan mengusung tema “Inovasi dan Kreativitas, Kunci Menuju Maluku Utara Maju”, festival ini menjadi bagian dari gerakan besar Bank Indonesia dalam membangun ekonomi daerah yang inklusif, berbasis UMKM, ekonomi kreatif, keuangan syariah, dan digitalisasi.
“UMKM adalah pilar utama ekonomi Indonesia,” tegas Kepala BI Perwakilan Maluku Utara, Dwi Putra Indrawan, saat membuka acara. “Kita punya 65,5 juta UMKM di Indonesia. Mereka menyerap 97% tenaga kerja dan menyumbang 61% PDB nasional.”
Namun, Dwi menyadari, tak cukup hanya semangat dan produk unggul. Di era digital, UMKM dituntut untuk melek teknologi. Maka dari itu, BI tak hanya membawa bazar dan lomba, tapi juga Zona Transaksi QRIS yang menjadikan seluruh transaksi di festival ini 100% non-tunai.
“QRIS bukan hanya tentang metode bayar. Ia adalah gerbang menuju efisiensi, keamanan, dan pencatatan yang rapi—yang akan memudahkan UMKM untuk mengakses pembiayaan ke depan,” jelas Dwi.
Setiap tenda UMKM dilengkapi barcode. Para pengunjung tinggal scan, bayar, dan tersenyum. Tak ada lagi kerepotan uang kembalian. Yang ada hanyalah kemudahan dan kebanggaan: bahwa pelaku usaha kecil di Maluku Utara pun bisa digital dan profesional.
Festival Salawaku juga memanjakan publik dengan berbagai kegiatan edukatif dan hiburan rakyat: dari talkshow ekonomi digital dan keuangan syariah, kompetisi vlog, senam zumba, hingga pasar murah. Semua dirancang bukan hanya untuk menyenangkan pengunjung, tapi menanamkan nilai baru: UMKM bisa maju tanpa harus besar dulu. Yang penting, terkoneksi.
Tak hanya itu, beberapa UMKM binaan BI Maluku Utara dipilih tampil di ajang nasional Karya Kreatif Indonesia di Jakarta, 7–10 Agustus, bahkan disiapkan untuk World Expo 2025 di Osaka, Jepang. Artinya, produk dari Ternate, Halmahera, Tidore, dan Morotai akan segera mendapat panggung dunia.
Yang menarik, Dwi tampil membumi. Dalam sambutannya, ia mengenakan busana dari UMKM lokal Mayana Eco Print—sebuah pernyataan simbolik bahwa pemimpin pun harus memberi contoh mencintai produk negeri sendiri.
“Kalau bukan kita yang bangga dengan produk Maluku Utara, siapa lagi?” katanya disambut tepuk tangan.
Festival ini juga menjadi bagian dari rangkaian Road to HUT ke-26 Provinsi Maluku Utara, sebuah sinergi antara BI dan pemerintah provinsi yang patut diapresiasi.
“Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Gubernur dan Bapak Wakil Gubernur atas kolaborasi luar biasa ini. Mari kita dorong UMKM menjadi penopang ekonomi yang berkelanjutan,” pungkas Dwi.
Di antara antrean pengunjung dan UMKM yang sibuk melayani, satu hal menjadi nyata: Festival Salawaku bukan sekadar event tahunan, tapi momentum kebangkitan ekonomi Maluku Utara yang berbasis pada inovasi, budaya, dan kolaborasi digital.
