Jakarta, DM – Di tengah hiruk-pikuk arus perdagangan global, geliat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia tak lagi sekadar cerita tentang bertahan hidup. Mereka kini berbicara tentang ekspansi, inovasi, dan menembus pasar dunia.
Bank Indonesia (BI) melihat potensi ini bukan hanya sebagai peluang, tapi sebagai bagian dari strategi besar menjaga denyut perekonomian nasional. Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman, menegaskan bahwa UMKM yang naik kelas, berdaya saing, maju, dan inovatif adalah prasyarat mutlak agar Indonesia tak hanya menjadi penonton di arena perdagangan global.
“Pangsa UMKM dalam ekspor nonmigas tahun 2024 sudah mencapai 15,7%. Ini bukti bahwa mereka punya kemampuan bersaing di luar negeri,” ujar Aida.
Namun, angka ini bukan datang begitu saja. BI membangun fondasi pengembangan UMKM melalui tiga pilar utama:
- Meningkatkan daya saing lewat penguatan kelembagaan, kapasitas usaha, dan akses pembiayaan.
- Mendorong digitalisasi, agar pelaku UMKM tak tertinggal di era transaksi cepat dan borderless.
- Meningkatkan literasi agar UMKM memahami pasar, regulasi, dan strategi menembus konsumen global.
Langkah ini tidak berhenti di ruang rapat. BI membawa UMKM binaannya ke panggung internasional—dari promosi dagang, business matching, hingga menjalin jejaring dengan kurator dunia. Strategi ini membuahkan hasil manis: pada 2024, omzet UMKM binaan BI mencapai Rp 1,4 triliun.
Puncak semangat itu tergambar di ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 yang berlangsung 7–10 Agustus 2025. Selama empat hari, pameran ini mencatatkan business matching ekspor senilai Rp 168,3 miliar, mempertemukan UMKM Indonesia dengan pembeli dari 17 negara. Tidak hanya ekspor, pembiayaan UMKM juga mencatat angka mengesankan: Rp 224 miliar untuk UMKM umum dan Rp 96 miliar untuk UMKM hijau.
Di arena pameran, kreativitas berubah menjadi nilai ekonomi nyata. Omzet penjualan mencapai Rp 98,7 miliar—Rp 20 miliar dari penjualan langsung dan Rp 78,7 miliar dari transaksi online melalui platform KKI. Hampir semua transaksi memanfaatkan QRIS, memperlihatkan wajah baru UMKM yang semakin digital, cepat, dan efisien.
“KKI bukan sekadar pameran, tapi panggung untuk menunjukkan bahwa karya kreatif Indonesia layak bersaing di pasar dunia,” ujar Aida.
Diselenggarakan bersama 24 kementerian/lembaga dan melibatkan lebih dari 1.400 UMKM, KKI menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas sektor mampu memperluas pasar, memperkuat jaringan global, dan membawa UMKM Indonesia selangkah lebih dekat menjadi pemain besar di arena internasional.